Wahai Dinda..
Jalan kita masih terlalu panjang. Mungkin ini hanya do'a belaka untuk mempercayai keabadian tak bertepi. Keabadian yang mungkin saja kini telah mati, hilang bagai ombak yang ditelan samudera misteri, diterbangkan angin beliung yang kemudian menghempaskan keabadian itu dan mencabik-cabiknya hingga lenyap menjadi butiran-butiran debu.
Andai saja belenggu kita berdua saling berikatan, mungkin saat ini kita telah bahagia di dunia perkabungan abadi. Tapi terkadang penderitaan memang harus ada. Kepedihan akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan sejati, membimbing kita untuk meniti peta luka tak terperikan, menjadikannya negeri impian para dewa dan peri.
Dan disaat itulah kita terlahir kembali dalam kesendirian yang suci. Perlahan, segala keputusasaan, kesedihan, dan segala rasa yang porak-poranda oleh duka akan terhapuskan oleh senyum penuh kemenangan, senyum yang dulu pernah hilang, senyum yang kini hadir kembali, bersemi, indah seakan semesta ikut berbondong-bondong menyaksikannya.
Apapun yang akan terjadi nanti, Dinda, kuharap engkau akan tetap bertahan dan terus bertahan. Tidak akan berpaling hati ini meski beribu bidadari menghadang setiap jejak langkahku. Tidak akan pernah berpaling hati ini walapun bulan, bintang dan matahari bersimpuh di hadapanku.
Hanya untukmu.. dari aku yang akan selalu merindukanmu..
by: spyrokid
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
saddaaaaap... puitis euy si agan.. hehe
Posting Komentar